Overtime atau lembur oleh sebagian perusahaan dianggap menguntungkan bagi bisnis padahal sebaliknya. Menjadikan lembur sebagai opsi pamungkas dan “budaya” bisa berdampak buruk bagi bisnis. Kurangi lembur karyawan Anda.

Manajemen lembur yang serampangan bahkan cenderung eksploitatif bisa menyebabkan kerugian baik bagi karyawan dan perusahaan. Berawal dari karyawan yang mungkin burnout hingga merugikan perusahaan dari segi finansial 

Hal tersebut karena lembur tidak melulu menjadi solusi untuk mengatasi high demand pada bisnis. Ada berbagai cara untuk mengoptimalkan bisnis tanpa harus menjadikan “lembur” jadi jalan pintas dan satu-satunya.

Ubah Pandangan Tentang Lembur

Such a cliche but it works. Ubah pandangan Anda terhadap lembur. Selama ini, overtime dianggap bagian dari bisnis dan merupakan pilihan mutlak bagi perusahaan.

Jika Anda menganggap lembur merupakan bagian dari bisnis, karyawan pun juga demikian. Karyawan akan menganggap bisnis adalah bisnis. Tidak ada engagement, tidak ada rasa kontribusi yang baik dan kerja hanyalah kerja.

Pada akhirnya output-nya tidak akan semaksimal sesuai harapan dan mungkin tidak ada pengaruhnya bagi bisnis Anda. Karyawan kelelahan, perusahaan cenderung merugi karena harus bayar lemburan.

Memang, sulit rasanya mengubah pandangan karyawan tentang lembur yang dibayar. Namun itu hanya akan bekerja pada jangka pendek. Sebagai perusahaan keseluruhan, Anda harus berpikir jangka panjang ke depan.

Ingatlah bahwa dampak burnout, hukum, employee engagement, keuangan atau bahkan praktik fraud menjadi bahaya laten jangka panjang di balik budaya lembur yang ekstrim.

Sebagai perusahaan, sudah saatnya mulai kedepankan komunikasi dan juga menanamkan nilai luhur perusahaan dibanding memaksa mereka lembur dengan iming-iming bayaran.

Pastikan Perusahaan Anda Bekerja secara Lean

Seringkali overtime yang ekstrim bukan disebabkan karena ambisi perusahaan saja, namun perusahaan tidak berjalan secara lean atau ramping.

Apa maksudnya?

Begini, ingat istilah work smarter not harder? Ya, istilah tersebut menggambarkan bahwa pekerjaan akan mudah diselesaikan apabila kita bekerja secara cerdas. Maksud cerdas di sini adalah bukan hanya dari segi intelektual namun pemanfaatan alat.

Pekerjaan yang dilakukan secara manual, repetitif, dan tidak terintegrasi membuat beban kerja bertambah menjadi dua kali lipat. Misalnya saja menjawab email atau berkomunikasi dengan klien.

Harvard Business Review dalam ulasannya mengatakan, rata-rata pekerja bisa menghabiskan pekerjaan repetitif secara manual hingga lebih dari seperempat hari, it is wasting time!

Belum lagi banyak pekerjaan-pekerjaan lainnya yang perlu diselesaikan pada hari itu juga. Bekerja overtime sudah pasti tidak terhindarkan.

Solusinya, Bangunlah budaya digital atau gunakan peralatan yang tepat untuk mempersingkat pekerjaan. Misalnya saja menggunakan email otomatis atau platform software manajemen konsumen untuk berkomunikasi dengan klien.

Bisa juga sebagai HR Anda menggunakan software HRIS dan payroll untuk mempermudah pekerjaan di bidang SDM.

Hal kecil seperti ini bisa berdampak pada budaya kerja perusahaan. Pastikan juga karyawan tetap bekerja pada tugas-tugas pokok mereka dan menggunakan tools yang tepat pada pekerjaan mereka.

Awasi Pola Lembur

Saat ini banyak aplikasi time management yang bisa melakukan tracking jam kerja termasuk cuti dan lembur. 

Anda bisa memberikan batas maksimum lembur dalam satu minggu dan mengetahui siapa saja yang belum mengambil lembur atau sebaliknya menggunakan lembur berlebih.

Dengan begitu, Anda bisa mengatur waktu kerja karyawan lebih efektif dan terkontrol. Anda bisa mengetahui kapan waktu yang sering diambil karyawan untuk lembur dan juga membagi jatah lembur secara bijak.

Mengawasi pola lembur bukan hanya berfungsi dalam membatasi overworked, namun juga mengawasi keuangan bisnis Anda. 

Dengan mengatur waktu lembur dengan baik, biaya tenaga kerja sesungguhnya bisa seimbang dengan biaya tenaga kerja yang dianggarkan. Hal tersebut karena lembur yang serampangan sangat mempengaruhi biaya tenaga kerja perusahaan sesungguhnya.

Terapkan Kerja Fleksibel

Di era yang serba terbuka dan cepat ini, kerja fleksibel bukan hal yang mustahil. Asal perusahaan tetap memiliki kebijakan jam kerja yang baik berdasarkan komunikasi antar karyawan dan peraturan pemerintah.

Banyak yang beranggapan kerja fleksibel sama saja lembur yang terselubung, padahal tidak. Kerja fleksibel memiliki pendekatan personal dan hasil. 

Itu artinya jika karyawan bisa menyelesaikan pekerjaannya dalam rentan waktu jam kerja normal di mana saja dan kapan saja sesuai dengan style dan ritme kerja mereka.

Contoh begini, perusahaan A menetapkan masuk jam 9 pagi. Namun Ari, karyawan perusahaan A memutuskan untuk bekerja dari rumah jam 9 pagi hingga makan siang. Selepas makan siang, Ia baru pergi ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Flexible Work dinilai lebih efektif karena karyawan bisa mengatur jam kerjanya sendiri tanpa terpaku dengan jam lembur atau cuti.

Itulah 4 cara jitu untuk kurangi lembur atau overtime dalam bekerja . Seperti yang telah disebutkan dalam poin kedua, Anda memerlukan sebuah tools seperti software attendance management untuk mengatur jam kerja.

Salah satu yang terbaik adalah Talenta. Sebagai software attendance management solution, Talenta menghadirkan beragam fitur mulai dari absensi online hingga payroll otomatis.